Di antara keutamaan ilmu pengetahuan
yang diisyaratkan al-quran, adalah al-quran menganggap pengetahuan
sebagai prasyarat utama dalam setiap pos kepemimpinan. Umat tidak boleh
dipimpin oleh orang-orang yang jahil, akan tetapi harus dipimpin oleh
orang-orang yang berilmu. Umat yag
menyerahkan tugas kepemimpinan kepada
orang-orang yang bodoh hanyalah menggali
kuburan dengan cakaran jari-jarinya. Karena, pemimpin seperti itu tidak
menuntun kecuali pada kesesatan dan bencana. Seorang penyair berkata,
“ jika saja gagak menjadi petunjuk suatu
kaum maka ia akan menunjuki kepada bangkai anjing.”
Para ulama mengisahkan Bisyar bin Barad,
seorang penyair terkenal dan tunanetra. Suatu hari Ia ditanya oleh seseorang
yang matanya normal tentang sebuah jalan atau tempat. Ia menjawab, “Ke sinilah,
kutunjukkan padamu.” Kemudian, ia bersajak sambil menyindir,
“Seorang buta menuntun orang yang
melihat, tak ada bapak bagi kalian! Sungguh tersesat orang-orang yang orang-orang
buta menunjukinya.”
Oleh karena itu, kita mendapati bahwa
al-quran menyebutkan ilmu sebagai faktor penentu untuk jabatan khilafah di
bumi.
Kita juga mendapatkan dalam kisah Thalut
bagaimana ilmu menjadi slah satu modal utama dalam kepemimpinan militer. Hal
itu terdapat dalam firman Allah SWT:
Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan
pemuka-pemuka Bani Israil sesudah nabi Musa, yaitu ketika mereka Berkata kepada
seorang nabi mereka: "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami
berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah". nabi mereka menjawab:
"Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan
berperang". mereka menjawab: "Mengapa kami tidak mau berperang di
jalan Allah, padahal Sesungguhnya kami Telah diusir dari anak-anak
kami?"[155]. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun
berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka. dan Allah Maha mengetahui
siapa orang-orang yang zalim.
Nabi
mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah Telah mengangkat
Thalut menjadi rajamu." mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah
kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang
diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" nabi (mereka) berkata:
"Sesungguhnya Allah Telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang
luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa
yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
(QS. Al-Baqarah:246-247)
Kaum Bani Israil itu berkata kepada Nabi
mereka,
“Angkatlah bagi kami seorang raja yang
dengannya kami berperang di jalan Allah.”
Maksudnya, merekalah yang menginginkan
dan meminta hal itu. Namun, tatkala Allah SWT mewujudkan keinginan dan
permintaan mereka dan menentukan bagi mereka seorang nabi yang ditunggu-tunggu
dengan mambawa wahyu Allah, timbullah karakter asli mereka, yaitu membangkang
dan melawan.
Mereka berkata,
“Bagaimana Thalut memerintah kami,
padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripada dia, sedang dia
pun tidak diberikan kekayaan yang banyak?”
Dulu kedudukan pemerintahan yang besar
dipegang oleh orang-orang yang memiliki dirham dan dinar tidak bagi yang
memiliki bashirah ‘mata hati’ dan ketajaman pikiran. Orang-orang fakir mesti
diputus dari segala keistimewaan walaupun mereka memiliki kelebihan dan bakat.
Dari sini Nabi mereka menolak,
“Sesungguhnya Allah telah memilihnya
menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.”
Al-Biqa’I menulis dalam tafsirnya, “Orang-orang
yang memiliki kemampuan dalam mengatur dan melaksanakan segala perkara hal ini
menunjukkan persyaratan ilmu dalam kepemimpinan. Sedangkan mendahulukan potensi
ilmu dari potensi tubuh menunjukkan bahwa keutamaan jiwa lebih mulia ketimbang
keutamaan tubuh dan sebagainya.” (Nazmud-Durar: 3/418)
“Berpengetahuan” berarti berpengalaman
dan cakap pada sesuatu yang diamanatkan padanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar